ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN MASALAH KELETIHAN DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

ABSTRAK
Azizah, Siti Nur, 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Masalah Keletihan Di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D-III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang, Pembimbing (1) Sr. Felisitas A Sri S, Misc. MAN (2) Maria Magdalena Setyaningsih, Ns. Sp. Kep. Mat
Tuberkulosis Paru ialah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada pasien Tuberkulosis Paru terjadi sesak nafas karena tubuh tidak mendapat cukup oksigen sehingga tidak bisa menghasilkan energi yang berakibat penderita mengalami keletihan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru dengan masalah keletihan. Desain ini digunakan studi kasus dengan 2 responden di ruang rawat inap Isolasi pada bulan Juni 2019. Pengkajian didapatkan pada pasien 1 mengalami sesak, batuk berdarah, lemas, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, lelah dan mengatakan energi tidak pulih walau telah tidur. Pada pasien 2 mengalami sesak, batuk, demam, lelah, dan merasa kurang tenaga. Kedua pasien ditetapkan diagnosa keperawatan yang sama yaitu keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis. Pada kedua pasien telah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 hari dengan intervensi dan implementasi yang sama yaitu mengkaji adanya faktor yang menyebabkan keletihan, mengkaji kemampuan ADL klien, menganjurkan tirah baring dan menganjurkan klien untuk beraktivitas secata bertahap. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa keletihan pada kedua pasien teratasi sebagian dengan tercapainya 4 dari 5 kriteria hasil yang telah ditentukan. Tindakan keperawatan yang tepat pada masalah keletihan adalah mengajarkan pemenuhan aktivitas sehari-hari secara bertahap sesuai kemampuan fisiologis pasien dengan memperhatikan ada tidaknya perubahan tanda-tanda vital, sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif selanjutnya.